This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

29 April 2013

SIFAT-SIFAT PERTIDAKSAMAAN

  1. tanda pertidaksamaan tidak berubah jika kedua ruas ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama
Jika a < b maka:
a + c < b + c
a – c < b – c
  1. tanda pertidaksamaan tidak berubah jika kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan positif yang sama
Jika a < b, dan c adalah bilangan positif, maka:
a.c < b.c
a/b < b/c
  1. tanda pertidaksamaan akan berubah jika kedua ruas pertidaksamaan dikali atau dibagi dengan bilangan negatif yang sama
Jika a < b, dan c adalah bilangan negatif, maka:
a.c > b.c
a/c > b/c
  1. tanda pertidaksamaan tidak berubah jika kedua ruas positif masing-masing dikuadratkan
Jika a < b; a dan b sama-sama positif, maka: a2 < b2

Pertidaksamaan Linear

→ Variabelnya berpangkat 1
Penyelesaian:
Suku-suku yang mengandung variabel dikumpulkan di ruas kiri, dan konstanta diletakkan di ruas kanan
Contoh:

Pertidaksamaan Kuadrat

→ Variabelnya berpangkat 2
Penyelesaian:
  1. Ruas kanan dibuat menjadi nol
  2. Faktorkan
  3. Tentukan harga nol, yaitu nilai variabel yang menyebabkan nilai faktor sama dengan nol
  4. Gambar garis bilangannya
Jika tanda pertidaksamaan ≥ atau ≤, maka harga nol ditandai dengan titik hitam •
Jika tanda pertidaksamaan > atau <, maka harga nol ditandai dengan titik putih °
  1. Tentukan tanda (+) atau (–) pada masing-masing interval di garis bilangan. Caranya adalah dengan memasukkan salah satu bilangan pada interval tersebut pada persamaan di ruas kiri.
Tanda pada garis bilangan berselang-seling, kecuali jika ada batas rangkap (harga nol yang muncul 2 kali atau sebanyak bilangan genap untuk pertidaksamaan tingkat tinggi), batas rangkap tidak merubah tanda
  1. Tentukan himpunan penyelesaian
→ jika tanda pertidaksamaan > 0 berarti daerah pada garis bilangan yang diarsir adalah yang bertanda (+)
→ jika tanda  pertidaksamaan < 0 berarti daerah pada garis bilangan yang diarsir adalah yang bertanda (–)
Contoh:
(2x – 1)2 ≥ (5x – 3).(x – 1) – 7
4x2 – 4x + 1 ≥ 5x2 – 5x – 3x + 3 – 7
4x2 – 4x + 1 – 5x2 + 5x + 3x – 3 + 7 ≥ 0
–x2 + 4x + 5 ≥ 0
–(x2 – 4x – 5) ≥ 0
–(x – 5).(x + 1) ≥ 0
Harga nol: x – 5 = 0 atau x + 1 = 0
x = 5 atau x = –1
Garis bilangan:
  • menggunakan titik hitam karena tanda pertidaksamaan ≥
  • jika dimasukkan x = 0 hasilnya positif
  • karena 0 berada di antara –1 dan 5, maka daerah tersebut bernilai positif, di kiri dan kanannya bernilai negatif
  • karena tanda pertidaksamaan ≥ 0, maka yang diarsir adalah yang positif

Jadi penyelesaiannya: {x | –1 ≤ x ≤ 5}

Pertidaksamaan Tingkat Tinggi

→ Variabel berpangkat lebih dari 2
Penyelesaian sama dengan pertidaksamaan kuadrat
Contoh:
(2x + 1)2.(x2 – 5x + 6) < 0
(2x + 1)2.(x – 2).(x – 3) < 0
Harga nol: 2x + 1 = 0 atau x – 2 = 0 atau x – 3 = 0
x = –1/2 atau x = 2 atau x = 3
Garis bilangan:
  • menggunakan titik putih karena tanda pertidaksamaan <
  • jika dimasukkan x = 0 hasilnya positif
  • karena 0 berada di antara –1/2 dan 2, maka daerah tersebut bernilai positif
  • karena –1/2 adalah batas rangkap (–1/2 muncul sebanyak 2 kali sebagai harga nol, jadi –1/2 merupakan batas rangkap), maka di sebelah kiri –1/2 juga bernilai positif
  • selain daerah yang dibatasi oleh batas rangkap, tanda positif dan negatif berselang-seling
  • karena tanda pertidaksamaan ³ 0, maka yang diarsir adalah yang positif

Jadi penyelesaiannya: {x | 2 < x < 3}

Pertidaksamaan Pecahan

→ ada pembilang dan penyebut
Penyelesaian:
  1. Ruas kanan dijadikan nol
  2. Samakan penyebut di ruas kiri
  3. Faktorkan pembilang dan penyebut (jika bisa)
  4. Cari nilai-nilai variabel yang menyebabkan pembilang dan penyebutnya sama dengan nol (harga nol untuk pembilang dan penyebut)
  5. Gambar garis bilangan yang memuat semua nilai yang didapatkan pada langkah 4
Apapun tanda pertidaksamaannya, harga nol untuk penyebut selalu digambar dengan titik putih (penyebut suatu pecahan tidak boleh sama dengan 0 agar pecahan tersebut mempunyai nilai)
  1. Tentukan tanda (+) atau (–) pada masing-masing interval
Contoh 1:

Harga nol pembilang: –5x + 20 = 0
–5x = –20 → x = 4
Harga nol penyebut: x – 3 = 0 → x = 3
Garis bilangan:
→ x = 3 digambar menggunakan titik putih karena merupakan harga nol untuk penyebut

Jadi penyelesaiannya: {x | 3 < x ≤ 4}

Contoh 2:

Harga nol pembilang: x – 2 = 0 atau x + 1 = 0
x = 2 atau x = –1
Harga nol penyebut: tidak ada, karena penyebut tidak dapat difaktorkan dan jika dihitung nilai diskriminannya:
D = b2 – 4.a.c = 12 – 4.1.1 = 1 – 4 = –3
Nilai D-nya negatif, sehingga persamaan tersebut tidak mempunyai akar real
(Catatan: jika nilai D-nya tidak negatif, gunakan rumus abc untuk mendapat harga nol-nya)
Garis bilangan:

Jadi penyelesaiannya: {x | x ≤ –1 atau x ≥ 2}

Pertidaksamaan Irasional/Pertidaksamaan Bentuk Akar

→ variabelnya berada dalam tanda akar
Penyelesaian:
  1. Kuadratkan kedua ruas
  2. Jadikan ruas kanan sama dengan nol
  3. Selesaikan seperti menyelesaikan pertidaksamaan linear/kuadrat
  4. Syarat tambahan: yang berada di dalam setiap tanda akar harus ≥ 0
Contoh 1:

Kuadratkan kedua ruas:
x2 – 5x – 6 < x2 – 3x + 2
x2 – 5x – 6 – x2 + 3x – 2 < 0
–2x – 8 < 0
Semua dikali –1:
2x + 8 > 0
2x > –8
x > –4
Syarat 1:
x2 – 5x – 6 ≥ 0
(x – 6).(x + 1) ≥ 0
Harga nol: x – 6 = 0 atau x + 1 = 0
x = 6 atau x = –1
Syarat 2:
x2 – 3x + 2 ≥ 0
(x – 2).(x – 1) ≥ 0
Harga nol: x – 2 = 0 atau x – 1 = 0
x = 2 atau x = 1
Garis bilangan:

Jadi penyelesaiannya: {x | –4 < x ≤ –1 atau x ≥ 6}

Contoh 2:

Kuadratkan kedua ruas:
x2 – 6x + 8 < x2 – 4x + 4
x2 – 6x + 8 – x2 + 4x – 4 < 0
–2x + 4 < 0
–2x < –4
Semua dikalikan –1
2x > 4
x > 2
Syarat:
x2 – 6x + 8 ≥ 0
(x – 4).(x – 2) ≥ 0
Harga nol: x – 4 = 0 atau x – 2 = 0
x = 4 atau x = 2
Garis bilangan:

Jadi penyelesaiannya: {x | x ≥ 4}

Pertidaksamaan Nilai Mutlak

→ variabelnya berada di dalam tanda mutlak | ….. |
(tanda mutlak selalu menghasilkan hasil yang positif, contoh: |3| = 3; |–3| = 3)
Pengertian nilai mutlak:

Penyelesaian:
Jika |x| < a berarti: –a < x < a, dimana a ≥ 0
Jika |x| > a berarti: x < –a atau x > a, dimana a ≥ 0

Contoh 1:
|2x – 3| ≤ 5
berarti:
–5 ≤ 2x – 3 ≤ 5
–5 + 3 ≤ 2x ≤ 5 + 3
–2 ≤ 2x ≤ 8
Semua dibagi 2:
–1 ≤ x ≤ 4

Contoh 2:
|3x + 7| > 2
berarti:
3x + 7 < –2 atau 3x + 7 > 2
3x < –2 – 7 atau 3x > 2 – 7
x < –3 atau x > –5/3

Contoh 3:
|2x – 5| < |x + 4|
Kedua ruas dikuadratkan:
(2x – 5)2 < (x + 4)2
(2x – 5)2 – (x + 4)2 < 0
(2x – 5 + x + 4).(2x – 5 – x – 4) < 0    (Ingat! a2 – b2 = (a + b).(a – b))
(3x – 1).(x – 9) < 0
Harga nol: 3x – 1 = 0 atau x – 9 = 0
x = 1/3 atau x = 9
Garis bilangan:

Jadi penyelesaiannya: {x | 1/3 < x < 4}

Contoh 4:
|4x – 3| ≥ x + 1
Kedua ruas dikuadratkan:
(4x – 3)2 ≥ (x + 1)2
(4x – 3)2 – (x + 1)2 ≥ 0
(4x – 3 + x + 1).(4x – 3 – x – 1) ≥ 0
(5x – 2).(3x – 4) ≥ 0
Harga nol: 5x – 2 = 0 atau 3x – 4 = 0
x = 2/5 atau x = 4/3
Syarat:
x + 1 ≥ 0
x ≥ –1
Garis bilangan:

Jadi penyelesaiannya: {x | –1 ≤ x ≤ 2/5 atau x ≥ 4/3}

Contoh 5:
|x – 2|2 – |x – 2| < 2
Misalkan |x – 2| = y
y2 – y < 2
y2 – y – 2 < 0
(y – 2).(y + 1) < 0
Harga nol: y – 2 = 0 atau y + 1 = 0
y = 2 atau y = –1
Garis bilangan:

Artinya:
–1 < y < 2
–1 < |x – 2| < 2
Karena nilai mutlak pasti bernilai positif, maka batas kiri tidak berlaku
|x – 2| < 2
Sehingga:
–2 < x – 2 < 2
–2 + 2 < x < 2 + 2
0 < x < 4

JENIS INTEGRAL & APLIKASI DALAM EKONOMI

1.1 Definisi Integral Tak Tentu (Indefinite Integral)

Jika maka y adalah fungsi yang mempunyai turunan f(x) dan disebut anti turunan
(antiderivate) dari f(x) atau integral tak tentu dari f(x)yang diberi notasi . Sebaliknya, jika
karena turunan dari suatu konstanta adalah nol, maka suatu integral tak tentu
mempunyai suku konstanta sembarang. 
1.2 Rumus-rumus Integral Tak Tentu
1.3 Definisi Integral Tentu
Andaikan f(x) didefinisikan dalam selang Selang ini dibagi menjadi n bagian yang sama
panjang, yaitu . Maka integral tentu dari f(x) antara x = a dan x =b didefinisikan
sebagai berikut:
Limit ini pasti ada jika f(x) kontinu sepotong demi sepotong jika
maka menurut dalil pokok dari kalkulus integral, integral tentu diatas dapat dihitung dengan
rumus :
1.4 Rumus-rumus Integral tentu


dengan k sebagai konstanta sembarang.



1.5 Integral Parsial
Prinsip dasar integral parsial :
  1. Salah satunya dimisalkan U
  2. Sisinya yang lain (termasuk dx) dianggap sebagai dv

Sehingga bentuk integral parsial adalah sebagai berikut :


1.6 Beberapa Aplikasi dari Integral
a. Perhitungan Luas suatu kurva terhadap sumbu x





b. Menghitung luas diantara dua buah kurva

c. Menghitung volume benda putar yang diputar terhadap sumbu koordinat




28 April 2013

TURUNAN & PENERAPAN DALAM EKONOMI

TURUNAN (PARSIAL & MULTIVARIABEL) 

DAN APLIKASINYA DALAM EKONOMI


Proses penurunan sebuah fungsi yang merupakan penentuan limit suatu kuosien diferensi dalam pertambahan variable bebasnya sangat kecil atau mendekati nol disebut dengan Diferensiasi. Adapun hasil (turunan) yang diperoleh dari proses diferensiasi itulah yang disebut dengan derivatif (∆y/∆x atau dy/dx).

A.    Kaidah diferensiasi

Terdapat beberapa kaidah yang paling sering digunakan dalam pendiferensiasian, di antaranya:
1.      Diferensiasi konstanta (k = konstanta)
Jika :                y = k               Maka :             y′  =  0
                                                                       
contoh :                       y    = 4
turunan :                      y′  =  0

2.      Diferensiasi pangkat
   pangkat
Jika : y = xn                                               maka :              y′  =  nxn-1
                                                                                   
contoh :                 y    = x5
turunan :                y′  =  n. X n-1
                                    y′  =  5 . x 5-1
                                    y′ =  5x4

3.      Diferensiasi perkalian
Jika : y = kv     di mana: v = h(x) , k = konstanta
maka :             
y′  =  k . v′
                                         
contoh :     y = 2x5
                        k = 2                v = x5                   maka :              v′ = 5x5-1  =  5x4
turunan :    y′  =  k . v′                   →                                y′  =  2 (5x4)
                                                                                          y′  =  10x4

4.      Diferensiasi penjumlahan & pengurangan
    
      Penjumlahan fungsi
Jika :          y = u + v          di mana :         u = g(x) , v = h(x)
maka :                   
y′  =  u + v′
                                         
contoh :     y = 2x5 + x2
u = 2 x5                        maka :              u′ = 2.5x5-1   =  10x4
                        v = x2                                   maka :              v′ = 2x2-1   =  2x
turunan :                y′  =  u + v′                 →        y′  =  10x4 + 2x
                             
      Pengurangan fungsi
Jika :          y = u - v           di mana :         u = g(x) , v = h(x)
maka :                   
y′  =  u - v′
     
contoh :     y = 2x5 - x2
u = 2 x5                        maka :              u′ = 2.5x5-1   =  10x4
                        v = x2                                   maka :              v′ = 2x2-1   =  2x
turunan :                y′  =  u - v′                  →        y′  =  10x4 - 2x
                             
B.     Turunan dari turunan

Contoh :    y = f(x) = 4x3 - 6x2 + 3x – 8
                  y′ = f′(x) = 12x2 - 6x + 3
                  y′′ = f′′(x) = 24x – 6
                  y′′′ = f′′′(x) = 24
                  yIV  = fIV(x) = 0

C.    Hubungan Antara Fungsi dan Turunannya

1.      Titik Ekstrim Fungsi Parabolik
Yang digunakan adalah turunan pertama (y′ = f′(x)) dan turunan kedua (y′′ = f′′(x)). Turunan pertama digunakan untuk menentukan letak titik ekstrim. Jika f′(x) = 0 maka y = f(x) berada pada titik ekstrimnya.
Turunan kedua digunakan untuk menentukan jenis titik ekstrimnya. Jika f′′(x) < 0 maka titik ekstrimnya maksimum dan kurvanya berbentuk parabola terbuka ke bawah. Jika f′′(x) > 0 maka titik ekstrimnya minimum dan kurvanya berbentuk parabola terbuka ke atas.

Contoh :
Tentukan titik ekstrim dan koordinatnya dari fungsi y = 6x2 - 8x + 1!

Penyelesaian :
                        y =  6x2 - 8x + 1          →        f′(x) = 12x – 8                                                                                                 f′′(x) = 12 > 0 (minimum-terbuka ke atas)
koordinat :       y′ = 0               →        12x – 8 = 0      →        x  =  8/12         = 0,67
                        x = 0,67           →        y =  6(0,67)2 - 8(0,67) + 1                   = -1,66
jadi, titik minimum kurva tersebut terdapat pada koordinat (0,67; -1,66)

2.      Titik Ekstrim dan Titik Belok Fungsi Kubik
Yang digunakan adalah turunan pertama (y′ = f′(x)) dan turunan kedua (y′′ = f′′(x)). Turunan pertama digunakan untuk menentukan letak titik ekstrim. Jika f′(x) = 0 maka y = f(x) berada pada titik ekstrimnya.
Turunan kedua digunakan untuk menentukan jenis titik ekstrim dan letak titik beloknya. Jika f′′(x) < 0 pada y′ = 0, maka titik ekstrimnya maksimum. Jika f′′(x) > 0 pada y′ = 0, maka titik ekstrimnya minimum. Jika  y′′ = 0 maka y = f(x) berada pada titik beloknya.

Contoh :
Tentukan titik ekstrim dan titik belok dari fungsi y = x3 - 5x2 + 3x - 5!

Penyelesaian :
y = x3 - 5x2 + 3x – 5                →        f′(x) = 3x2 – 10x + 3
                                                            f′′(x) = 6x – 10

syarat titik ekstrim : y′ = 0      →           0   = 3x2 – 10x + 3
                                                               x1  = 3                       x2 = 0,3

untuk x = x1  = 3         →        y = x3 - 5x2 + 3x – 5
                                                y = (3)3 – 5(3)2 + 3(3) – 5        = -14
                                                y′′ = 6x – 10
                                                y′′ = 6(3) – 10             = 8       (8>0...minimum)

untuk x = x1  = 0,3      →        y = x3 - 5x2 + 3x – 5
                                                y = (0,3)3 – 5(0,3)2 + 3(0,3) – 5           = -4,5
                                                y′′ = 6x – 10
                                                y′′ = 6(0,3) – 10          = -8,2   (-8,2<0 ...="..." maksimum="maksimum" span="span">

syarat titik belok : y′′  = 0       →        0 = 6x – 10
                                                            x = 1,67
                                                y = x3 - 5x2 + 3x – 5
                                                y = (1,67)3 – 5(1,67)2 + 3(1,67) – 5     = -9,27
                                                y′ =  3x2 – 10x + 3
                                                y′ =  3(1,67)2 – 10(1,67) + 3                = -5,33

jadi, fungsi kubik tersebut berada pada titik minimum di koordinat ( 3,-14) dan titik maksimum pada koordinat (0,3;-4,5) serta titik belok pada koordinat (1,67;-9,27).


D.    Turunan Fungsi Multivariabel

Prinsip dan kaidah turunannya sama dengan fungsi bervariabel bebas tunggal, hanya saja pada turunan fungsi multivariable ini akan ditemui turunan parsial (turunan bagian demi bagian) dan turunan total. Pada fungsi multivariable, karena variable bebasnya lebih dari satu macam maka turunan yang akan dihasilkan juga lebih dari satu macam. Bentuk umumnya:
Jika y = f ( x,y )      maka turunannya :
1.      Turunan y terhadap x         →        ∂ y / ∂ x
2.      Turunan y terhadap z         →        ∂ y / ∂ z

Sehingga:
1.      y = f(x,z)
a.    fx (x,z)                =y′x      = x′                 
b.    fz (x,z)                = y′z     = z′

y′  = x′  +  z′                             
         
2.      p = f(q, r, s)
a.    fq (q, r, s)            =  p′q = q′                   
b.    fr (q, r, s)            =  p′r = r′
c.    fs (q, r, s)            =  p′s = s′

p′  =  q′  +  r′  +  s′                   
         
3.      y = f(x,z)
      fx (x,z)              =y′x      = x′
      fz (x,z)               = y′z     = z′
y = f(x)                   =y′       = x′

z′  =  y′x  +  y′z  (x′)


Notes:
v y′x, y′z, pq, pr, dan  ps disebut turunan parsial.
v y′ disebut turunan fungsi variabel tunggal
v z′ disebut turunan total


Contoh :
Carilah turunan parsial dan turunan total dari fungsi Z = f(X,Y) = 2X5 – 4Y + 10  dan  Y = 2X + 3

Diketahui                :                       Z = f(X,Y) = 2X5 – 4Y + 10
                                                       Y = 2X + 3
Ditanya                   :           ZX….?             ZY….?             z′ ….?
Penyelesaian           :

v  Turunan Parsial
Z=  Z′x =  10X4
ZY  = Z′y  = -4
y′              = 2

v  Turunan Total
z′          =  Z′x  +  Z′y (y′)
                        =  10X4  +  -4(2)                      =  10X4  - 8

E.     Penerapan Konsep Turunan Parsial (1 Variabel) Dalam ekonomi

1.      Elastisitas
Bentuk umum :
                                    η  =  Ey  =  lim            =  y′  .  x
                                            Ex      ∆x→0                    y                    


Macam-macam elastisitas :

a)      Elastisitas Permintaan
Adalah suatu koefisien yang menjelaskan tentang besarnya perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga (rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga).
Jika Qd = f(P) maka elastisitas permintaannya adalah :

ηd  =  %∆Qd  =  EQd  = lim                 =    Q′d  .  P
                            %∆P        EP      ∆P→0                                         Qd

jika |ηd| > 1 maka elastik, jika |ηd| < 1 maka inelastik dan jika |ηd| = 1 maka elastik-uniter.

Contoh :
Fungsi permintaan ditunjukkan dengan persamaan Qd = 75 – 5P2. tentukan elastisitas permintaan pada harga p = 20

Penyelesaian :

Qd = 75 – 5P2           →        Q′d =  - 10P                 → P = 20
ηd  =  %∆Qd  =  EQd =      lim                   =    Q′d  .  P
         %∆P         EP           ∆P→0                              Qd   
ηd  = - 10P . P/ Qd
ηd  = - 10(20) . 20/ (75 – 5(20) 2)
ηd  = - 200 . 20/ - 1925      = 2       (2 > 1 ...... elastik)

jadi, dari kedudukan P = 20, harga akan naik (turun) sebesar 1% sehingga jumlah barang yang diminta akan berkurang (bertambah) sebanyak 2%.  

Catatan :   dalam elastisitas permintaan, untuk menentukan jenis elastisitas yang dibandingkan adalah angka hasil perhitungan sehingga tanda yang dihasilkan (+/-) dapat diabaikan karena tanda tersebut hanya mencerminkan hukum permintaan bahwa jumlah yang diminta bergerak berlawanan arah dengan harga.
                  Fungsi permintaan juga sering dinotasikan dengan persamaan D = f(P).
 
       
b)      Elastisitas Penawaran
Adalah suatu koefisien yang menjelaskan tentang besarnya perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga (rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga).
Jika Qs = f(P) maka elastisitas penawarannya adalah :

ηs  =  %∆Qs  =  EQs  = lim                  =    Q′s  .  P
                            %∆P        EP     ∆P→0                             Qs

jika |ηs| > 1 maka elastik, jika |ηs| < 1 maka inelastik dan jika |ηs| = 1 maka elastik-uniter.

Contoh :
Fungsi penawaran ditunjukkan dengan persamaan Qs = -75 + 5P2. tentukan elastisitas penawaran pada harga p = 20

Penyelesaian :
Qs = -75 + 5P2         →        Q′s =  10P                    → P = 20
ηs  =  %∆Qs  =  EQs =       lim                   =    Q′s  .  P
         %∆P         EP           ∆P→0                             Qs    

ηs  = 10P . P/ Qs
ηs  = 10(20) . 20/ (-75 + 5(20) 2)
ηs  = 200 . 20/ 1925           = 2       (2 > 1 ...... elastik)

jadi, dari kedudukan P = 20, harga akan naik sebesar 1% sehingga jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah sebanyak 2%.

c)      Elastisitas Produksi
Adalah suatu koefisien yang menjelaskan tentang besarnya perubahan jumlah keluaran (output) yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah masukan (input) yang digunakan (rasio antara persentase perubahan jumlah keluaran terhadap persentase perubahan jumlah masukan).
Jika P = jumlah produk yang dihasilkan & X = jumlah faktor produksi yang digunakan, dan fungsi produksi P = f(X) maka elastisitas produksinya adalah :

ηp  =  %∆P  =  EP =    lim                   =    P′  .  X
                            %∆X     EX       ∆X→0                            P

jika |ηs| > 1 maka elastik, jika |ηs| < 1 maka inelastik dan jika |ηs| = 1 maka elastik-uniter.

Contoh :
Hitunglah elastisitas produksi dari fungsi produksi P = 5X2 – 5X3 pada tingkat faktor produksi sebanyak 2 unit!

Penyelesaian :

P = 5X2 – 5X3         →        P′ =  10X - 15X2                     → P = 2
ηp  =  %∆P  =  EP  =         lim                   =    P′  .  X
          %∆X     EX             ∆X→0                            P        
ηp  = (10X - 15X2) . (X/ (5X2 – 5X3))
ηp  = (10(2) – 15(2)2) . (2/ (5(22)– 5(23))
ηp  = -40 . -0,1       =  4

jadi, dari kedudukan X = 2, faktor produksi yang digunakan  naik sebesar 1% sehingga produk yang dihasilkan bertambah sebanyak 4%.


2.      Biaya marginal, Penerimaan marginal, Utilitas marginal, & Produk marginal

a)      Biaya marginal
Adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit tambahan produk. Fungsi biaya marginal adalah turunan pertama dari fungsi biaya total. Jika fungsi biaya total adalah C = f(Q) maka biaya marginalnya adalah :

                                          MC  =  C′ 

Notes: Pada umumnya fungsi biaya total berbentuk fungsi kubik sehingga fungsi biaya marginal akan berbentuk fungsi kuadrat. Dalam kurvanya, kurva biaya marginal akan mencapai titik minimum tepat pada saat kurva biaya total berada pada titik beloknya.

Contoh :
Fungsi biaya total dinyatakan dalam persamaan C = 2Q3 – 6Q2 + 8Q + 8. tentukanlah persamaan biaya marginal serta berapa titik minimumnya?

Penyelesaian :
C = 2Q3 – 6Q2 + 8Q + 8               →        MC = C′  =  6Q2 - 12Q + 8
                                                                 MC′ = C′′ =  12Q – 12

MC minimum jika MC′ = 0           →        0  =  12Q – 12
                                                                  Q = 1

Untuk Q = 1                                  →        MC = 6Q2 - 12Q + 8
                                                                  MC = 6(1)2 – 12(1) + 8           =  2

                                                                  C = 2Q3 – 6Q2 + 8Q + 8
                                                                  C = 2(1)3 – 6(1)2 + 8(1) + 8     =  12

Jadi, persamaan biaya marginalnya adalah MC = 6Q2 - 12Q + 8. Fungsi biaya marginal mencapai titik minimum pada koordinat (1,2) pada saat fungsi biaya total berada pada titik belok di koordinat (1,12).

b)      Penerimaan marginal
Adalah penerimaan tambahan yang diperoleh akibat bertambahnya satu unit keluaran yang diproduksi (terjual). Fungsi penerimaan marginal adalah turunan pertama dari fungsi penerimaan total. Jika fungsi penerimaan total adalah R = f(Q) maka penerimaan marginalnya adalah :

                                          MR  =  R′

Notes: Pada umumnya fungsi penerimaan total berbentuk fungsi kuadrat sehingga fungsi penerimaan marginal akan berbentuk fungsi linear. Dalam kurvanya, kurva penerimaan marginal akan mencapai 0 tepat pada saat kurva penerimaan total berada pada titik ekstrimnya.

Contoh :
Fungsi permintaan dinyatakan dalam persamaan P = 20 – 5Q. tentukanlah persamaan penerimaan total & marginal serta berapa titik ekstrim dari fungsi penerimaan totalnya?

Penyelesaian :
P = 20 – 5Q                                   →        R  =  Q . P
                                                                  R  =  Q (20 – 5Q)
                                                                  R  =  20Q – 5Q2

Jika R  =  20Q – 5Q2                             →        MR  = R′  =  20 – 10Q

R maksimum jika MR = 0              →        0  =  20 – 10Q
                                                                  Q = 2

Untuk Q = 2                                   →        P = 20 – 5Q
                                                                  P = 20 – 5(2)                = 10

                                                                  R  =  20Q – 5Q2
                                                                  R  =  20(2) – 5(2)2          = 20

Jadi, titik ekstrim fungsi penerimaan total berada pada koordinat (2,20)


c)      Utilitas marginal
Adalah utilitas tambahan yang diperoleh konsumen akibat bertambahnya satu unit barang yang dikonsumsi. Fungsi utilitas marginal adalah turunan pertama dari fungsi utilitas total. Jika fungsi utilitas total adalah U = f(Q) maka utilitas marginalnya adalah :

                                          MU  =  U′ 
Notes: Pada umumnya fungsi utilitas total yang non-linear berbentuk fungsi kuadrat sehingga fungsi utilitas marginal akan berbentuk fungsi linear. Dalam kurvanya, kurva utilitas marginal akan mencapai 0 tepat pada saat kurva utilitas total berada pada titik ekstrimnya.

Contoh :
Fungsi utilitas dinyatakan dalam persamaan U = 15Q – 5Q2. tentukanlah persamaan utilitas marginal serta berapa titik ekstrim dari fungsi utilitas totalnya!. Berapa utilitas marginal jika barang yang diproduksi ditambah dari 2 unit menjadi 3 unit?  

Penyelesaian :
U = 15Q – 5Q2                              →        MU  = U′  =  15 – 10Q

U maksimum jika MU = 0             →        0  =  15 – 10Q             = 1,5

Untuk Q = 1,5                                →        U = 15Q – 5Q2
                                                                  U = 15(1,5) – 5(1,5)2   = 11,25

Jika Q = 2                                      →        MU = 15 – 10(2)         = -5
Jika Q = 3                                      →        MU = 15 – 10(3)         = -15
                                                                                                                             
Jadi, titik ekstrim fungsi utilitas total berada pada koordinat (1,5;11,25). Pada saat konsumen mengkonsumsi 2 unit barang utilitas tambahan sudah menurun dan akan semakin menurun jika ditambah 1 unit lagi, sehingga konsumen harus mengurangi konsumsi terhadap produk tersebut untuk meningkatkan kembali utilitas tambahannya.

d)     Produk marginal
Adalah produk tambahan yang dihasilkan akibat bertambahnya satu unit faktor produksi yang digunakan. Fungsi produk marginal adalah turunan pertama dari fungsi produk total. Jika fungsi produk total adalah P = f(X) maka produk marginalnya adalah :

                                          MP  =  P′ 

Notes: Pada umumnya fungsi produk total yang non-linear berbentuk fungsi kubik sehingga fungsi produk marginal akan berbentuk fungsi kuadrat. Dalam kurvanya, kurva produk marginal akan mencapai 0 tepat pada saat kurva produk total berada pada titik ekstrimnya dan mencapai titik ektrim tepat saat produk total berada pada titik beloknya.

Contoh :
Fungsi produk dinyatakan dalam persamaan P = 9X2 – 3X3. tentukanlah persamaan produk marginal serta berapa titik ekstrim dan titik belok dari fungsi produk totalnya!. berapa titik ekstrim dari fungsi produk marginalnya serta berapa besar produk marginalnya? 

Penyelesaian :

P = 9X2 – 3X3                               →        MP  = P′  =  18X – 9X2
                                                                  MP′  = P′′  =  18 – 18X

P maksimum jika MP = 0               →        0  =  18X – 9X2                      
X = 2               (dicari dengan rumus abc)

Untuk X = 2                                   →        P = 9X2 – 3X3
                                                                  P = 9(2)2 – 3(2)3             = 12

P belok jika            MP′ = 0                       →        0 = 18 – 18X
                                                                  X = 1

Jika X = 1                                      →        P = 9X2 – 3X3
                                                                                        P = 9(1)2 – 3(1)3             = 6
Jika X = 1                                      →        MP  = 18X – 9X2
                                                                                        MP  = 18(1) – 9(1)2       = 9
                                                                                                                             
Jadi, titik ekstrim fungsi produk total berada pada koordinat (2,12), titik beloknya pada titik (1,6). Fungsi produk marginal ada pada titik ekstrim di koordinat (1,9).


F.     Aplikasi Fungsi Multivariabel dalam Ekonomi

·         Elastisitas Harga-Permintaan, Elastisitas Silang-Permintaan dan Elastisitas Penghasilan dari Permintaan
Elastisitas harga-permintaan adalah elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan permintaan suatu barang akibat perubahan harga barang itu sendiri. Bentuk umumnya:

                                    εd   =      Q′dPd
                                                               Q

                Elastisitas silang-permintaan adalah elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan permintaan suatu barang akibat perubahan harga barang lain. Bentuk umumnya:

                                    εC   =   Q′sPs
                                                            Q

                Elastisitas penghasilan dari permintaan adalah elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan permintaan suatu barang akibat perubahan penghasilan nasional. Bentuk umumnya:

                                    εY   =   Y′Py
                                                           Q

Notes: untuk elastistitas silang-permintaan berlaku:
jika ec negative (ec < 1) berarti hubungan antara barang A dan barang B adalah komplementer (saling melengkapi), di mana penurunan harga salah satu barang akan diikuti oleh kenaikan permintaan atas keduanya.
            jika ec positif (ec > 1) berarti hubungan antara barang A dan barang B adalah kompetitif/substitutif (saling menggantikan), di mana penurunan harga salah satu barang akan diikuti oleh kenaikan permintaan atas barang tersebut dan penurunan permintaan atas barang lainnya.

Contoh :
Fungsi permintaan barang A terhadap barang komplementer ditunjukkan dengan persamaan QA = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y. Carilah elastisitas harga-permintaan, elastisitas silang-permintaan dan elastisitas penghasilan dari permintaan pada saat PA = 30, Ps = 10 dan Y = 5.000!

Diketahui:        Q = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y                              PA = 30            Ps = 10                                     Y = 5.000
Ditanya :          εd….?             εC….?             εY….?
Penyelesaian:

                        Q = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y
                        Q = 2300 – 10(30) + 5(10) + 0,4(5000)          = 2300 – 300 + 50 + 2000
                                                                                                = 4.050

Q = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y           →        P′A =   -10                                                                                                                             
                                εd   =   Q′dPA           = -10 . 30 / 4.050         = -10 (0,007)   = -0,07 (in-elastis)
                                               Q

Q = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y           →        P′s =  5                                                                                                                             
                        εC   =   Q′sPs           = 5 . 10 / 4050             = 5 (0,002)      = 0,01  (in-elastis)
                                                Q
           
                        Q = 2300 – 10PA + 5Ps + 0,4Y           →        P′y =  0,4                                                       
                        εY   =   Y′Py            = 0,4 . 5000 / 4050      = 0,4 (1,23)     = 0,49 (in-elastis)
                                               Q

analisis : ey = 0,49 < 1 (in-elastis); berarti setiap kenaikan (%) penghasilan nasional, maka permintaan barang A akan naik kurang proporsional.
                 Ec = 0,01 < 1 (in-elastis); berarti permintaan barang A akan barang komplementer mendapat pengaruh negative, sehingga berdampak pada kecenderungan menambah jumlah permintaan barang A.
                  Hal sebaliknya akan terjadi jika terdapat permintaan barang A akan barang substitutive. Ec terhadap barang substitutive dapat memberikan nilai ec > 0 sehingga membawa pengaruh positif terhadap barang A, di mana jumlah permintaan barang A dapat berkurang.