15 Juli 2013

TEORI PERTUMBUHAN SCHUMPETER

Joseph Alois Schumpeter pertama kali menyajikan teorinya mengenai pertembuhan ekonomi dalam buku Theory of Economic Development yang diterbitkan  di Jerman pada tahun 1911 (edisi Inggris tahun 1934) buku ini diteliti kembali dan direvisi tanpa mengadakan perobahan esensiel dan diterbitkan dalam “Business Cycles” (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy”(1942).
Schumpeter berpangkal dari asumsi mengenai perekonomian yang bersifat persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan stabil. Dalam keadaan stabil seperti itu terjadi keseimbangan persaingan sempurna: tidak ada laba, tingkat bunga, tabungan, investasi daninvoluntary unemployment. Keseimbangan itu dibandingkan dengan apa yang disebut Schumpeter The Circular Flow” yang berlangsung sama terus menerus dari tahun ke tahun seperti seperti peredaran darah dalam organism binatang. Kata  Schumpeter” Arus sirkulasi itu merupakan suatu arus yang bersumber dari tenaga kerja dan tanah, dan mengalir dalam setiap priode ekonomi ke reservoir yang kita sebut pendapatan, dengan tujuan dirubag menjadi pemuas kebutuhan. Arus sirkulasi itu mengalami perubahan spontan dan discontinue gangguan keseimbangan yang untuk selanjutnya merobah dan menggantikan keadaan equilibrium yang terjadi sebelumnya. “Perubahan-perubahan spontan dan discontinue ini dalam kehidupan ekonomi tidak dipaksakan dari luar tetapi timbul melalui mekanismenya sendiri. Dan Nampak dalam bidang kehidupan industry dan komersiel.
Pembangunan merupakan usaha penciptaan kombinasi-kombina baru berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keadaan stabil. Kombinasi baru terjadi dalam bentuk innovasi. Dan Innovasi terdiri atas:
1.             Usaha memperkenalkan barang baru.
2.             Memperkenalkan metode produksi baru.
3.             Pembukaan pasar baru.
4.             Pencarian sumber baru untuk persediaan bahan mentah dan atau barang-barang setengah jadi.
5.             Pemunculan organisasi industry yang baru, seperti penciptaan monopoli.

Perananan Innovator, adalah wiraswastawan. Seorang wiraswastawan bukan lah seorang dengan kemampuan managerial biasa melainkan seorang yang memperkenalkan sesuatu yang sama sekali baru. Ia tidak menyiapkan dana tetapi mengerahkan dana itu. Ia didorong oleh:
a.              Kehendak untuk membangun kekuasaan komersial pribadi.
b.             Kemauan untuk mendapatkan dan menonjolkan superrioritasnya.
c.              Keasyikan menciptakan dan mengusahakan terlaksananya sesuatu, atau hanya karena menyalurkan energy dan bakatnya. Sifat dan kegiatannya ditentukan oleh lingkungan social kulturir agar dapat menjalankan fungsinya dalam ekonomi, ia membutuhkan dua hal:
1.             Adanya pengetahuan teknis untuk menghasilkan produk baru.
2.             Kekuatan mengatur factor-faktor produksi dalam bentuk kredit.

Menurut Schumpeter, suatu cadangan pengetahuan teknis yang belum disadap(untapped) harus ada untuk dapat digunakan. Karena itu kredit sangat penting untuk memulai pembangunan. Sebagai kesimpulan, tingkat pembangunan suatu perekonomian merupakan fungsi perobahan persediaan pengetahuan teknis yang dipakai dalam masyarakat. Tingkat penyempurnaan teknik-teknik produksi tergantung pada tingkat kewiraswastaan yang diatus oleh besarnya keperluan akan wiraswastawan-wiraswastawan baru daan penciptaan kredit.

Analisis Schumpeter dan Negara-negara Berkembang.
Teori-teori Schumpeter harus dimasukkan dalam urutan karya utama, seperti ahli ekonomi terkenal lainnya. Smith,n Ricardo, Mill Marx, Marshall dan Keynes. Tidak diragukan lagi karya itu penuh dengan penilaian dan pemahaman beriliant dari seseorang teoritikus yang besar. Namun aplikasinya bagi Negara berkembang terbatas.

1.      Susunan Sosio ekonomi yang berbeda. Teori Schumpeter berhubungan dengan sosio ekonomi tertentu yang berlangsung di Eropah Barat dan Amerika pada abad 18 dan 19, dalam priode itu beberapa prasyarat pertumbuhan sudah terjadi dalam Negara berkembang, keadaan-keadaan sosio ekonomi sama sekali berbeda dan prasyarat bagi pembangunan dalam bentuk economic  and social overheads belum ada.
2.      Kekurangan Kewiraswastaan. Analisa Schumpeter berdasar pada eksistensi golongan  kewira swastaan. Tetapi dalam Negara-negara berkembang kewiraswastaan yang tepat itu kurang. Dalam perekonomian seperti itu, laba yang diharapkan rendah dan keadaan teknologi rendah yang tidak mendorong investasi innovasionil dalam pabrik dan perlengkapan yang baru. Apalagi kekurangan kekuatan yang tepat, pengangkutan, tenaga trampil dan sebagainya, tidak merangcang kegiatan kewiraswastaan.
3.      Tidak dapat diterapkan pada Negara sosialis. Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada mayoritas Negara berkembang yang mempunyai ideology misalnya, penggunaan ukuran-ukuran social dan pajak pendapatan progresif yang tinggi berlawanan dengan pengembangan golongan wiraswastawan, karena mereka akan mengurangi laba.
4.      Tidak dapat diterapkan dalam ekonomi campuran. Innovator dari Schumpeter adalah wiraswastawan yang tidak cocok diterapkan dalam ekonomi campuran. Dalam sebuah Negara yang sedang berkembang, pemerintah adalah entrepreneur penggerak pembangunan datangnya dari sector pemerintah dan semi pemerintah. Jadi Schumpeter’s innovator mempunyai peranan yang terbatas di Negara-negara yang sedang berkembang.
5.      Perubahan-perubahan institusionil dan bukan innovasi yang diperlukan. Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya self sustaining bukan hanya innovasi melainkannya kombinasi beberapa factor seperti struktur organisasi, peraktek bisnis, tenaga trampil dan nilai-nilai tepat sikap dan motivasi-motivasi.
6.      Assimilasi innovasi. Menurut Henry Wallich,, proses pembangunan di Negara yang sedang berkembang didasarkan bukan pada inovasi melainkan pada assimilasi innovasi yang ada. Karena para wiraswastawan di Negara-negara berkembang tidak berada dalam posisi untuk mengadakan innovasi agaknya, mereka mengambil alih innovasi yang terjadi dinegara-negara maju.
7.      Mengabaikan Konsumsi. Proses Schumpeterian bersifat production oriented sedangkan proses pembangunan merupakan concumtion oriented. Penilaian ini berdasarkan trent yang sedang berlaku kea rah the welfare state dimana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
8.      Mengabaikan Tabungan. Tekanan eksklusif pada kredit bank mengabaikan peranan tabungan riil dalam investasi. Tekanan itu mengurangi pula pentingnya difisit financing, budgetary saving, public credit, dan ukuran-ukuran fiscal lain dalam pembangunan ekonomi.
9.      Mengabaikan pengaruh-pengaruh Extern. Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil perubahan-perubahan yang timbul dari dalam perekonomian. Tetapi dalam Negara berkembang perubahan-perubahan tidak ditimbulkan oleh factor intern perekonomian, melainkan lebih ditentukan oleh penngaruh ide-ide, teknologi dan capital yang didatangkan dari luar. Teknologi yang terbelakang, kemampuan menabung yang rendah, lembaga-lembaga politis ekonomi dan social yang ketinggalan jaman tidak mampu mendorong pembangunan dari dalam.
10.  Mengabaikan pengaruh pertambahan penduduk dan kekayaan. Apalagi Schumpeter tidak mempertimbangkan pengaruh pertambahan penduduk dan kekayaan atas pembangunan ekonomi suatu Negara. Tingkat pertambahan penduduk yang tinggi akan merendahkan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara berkembang, sedangkan penemuan-penemuan sumber-sumber baru kekuayaan alam atau penggunaan kekayaan itu secara lebih baik akan mempercepat derap pembangunan.

PERBANDINGAN ANTARA TEORI PERTUMBUHAN KLASIK  DAN NEO KLASIK
Dalam sejarah pemikiran ekonomi penulis-penulis ekonomi diantara bahagian kedua abad 18 dan permulaan abad keduapuluh ini lazim digolongkan sebagai kaum Klasik.
Kaum Klasik, merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisanya sebelum tahun 1870, yaitu Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus dan John Stuart Mill.
Kaum Neo Klasik antra lain adalah Alfred Marshall, Leon Walras dan Knut Wicksel, Teori tersebut baru mulai dikemukakan pada tahun 1950-an, jadi hampir bersamaan dengan berkembangnya perhatian ahli-ahli ekonomi terhadap masalah-maslah pembangunan di Negara-negara berkembang. Teori pertumbuhan yang utama yang sudah dikemukakan pada masa sebelumnya adalah teori pertumbuhan ahli-ahli ekonomi klasik, teori Schumpeter mengenai pembangunan ekonomi dan teori Harrod-Domar.
1.             Teori Pertumbuhan Klasik, diambil dasar dari Teori Pertumbuhan Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistimatis, agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
2.    Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai panadangan ekonomi klasik, menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan factor-faktor produksi(penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknilogi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang mendasari analsis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi capital dan kemajuan teknologi.

Selain dari pada itu dalam memberikan perbandingan antara  Teori pertumbuhan klasik dengan neo-klasik. Pemikiran kaum klasik bahwa perekonomian secara makro akan tumbuh dan berkembang apabila perekonomian diserahkan kepada pasar. Sedangkan kaum neo klasik merupakan oposisi dari pemikiran Keynes. Salah satu pemikiran neo-klasik adalah Washinton consensus, peran pemerintah dibatasi dengan mengasumsikan bahwa ada tangan yang terlihat (invisible hand) menrut Adam Smith yang mengatur ekonomi. Inti dari teori ekonomi klasik adalah kemakmuran dapat dicapai bila pasar dibiarkan berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri, tanpa campur tangan pemerintah. Tentunya segala macam teori yang mendukung adanya campur tangan pemerintah terhadap pasar akan bertentangan dengan pandangan klasik.
Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda yaitu dari segi penawaran. Dimana factor-faktor produksi yang dianggap sangat berpengaruh terhadap penambahan output adalah tenaga kerja dan modalkerja. Salah satu perbedaannya adalah peran pemerintah dalam pembangunan, ajaran klasik menyakini bahwa peran pemerintah dalam perekonomian harus dibatasi, pemerintah berperan dalam penyediaan infrastruktur dan penjamin keamanan, sebaliknya Keynes berpendapat ekonomi harus di dorong oleh Pemerintah.

KRITIK KUZNETS TERHADAP TEORI ROSTOW
Banyak kritik telah dikemukakan terhadap teori Rostow. Salah satu pengkritiknya yang utama adalah Kuznets. Dengan menunjukkan beberapa sifat-sifat yang diperlukan agar sesuatu teori tahap-tahap pertumbuhan  ada manfaatnya. Kuznets menunjukkan bahwa teori Rostow hanya memiliki sebahagian kecil saja dari sifat-sifat tersebut. Menurut Kuznets, teori mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi perlu ditanggapi dengan serius hanya apabila dipenhi beberapa syarat berikut : Setiap tahap harus merupakan tahap yang mempunyai cirri-ciri yang secara empiris dapat diselidiki kebenarannya; cirri-ciri dari setiap tahap harus cukup nyata bedanya dengan tahap lainnya; hubungan analisis dengan tahap sebelumnya harus dijelaskan yaitu bentuk-bentuk proses yang akan berlaku untuk mengakhiri sesuatu tahap tertentu dan menyebabkan terciptanya tahap selanjutnya harus ditunjukkan; hubungan analisis dengan tahap berikutnya juga harus dijelaskan dan ruang lingkup(universe) dalam mana teori tersebut berlaku harus dengan tegas dinyatakan.
Menurut Kuznets, Perbedaan diantara berbagai tahap dalam teori Rostow sangat kabur. Tahap prasyarat untuk mencapai lepas landas dan tahap lepas landas sangat sukar dibedakan karena beberapa cirri-ciri yang dinyatakan terdapat dalam tahap lepas landas sudah berlaku pada tahap sebelumnya.Rostow menyatakan bahwa perkembangan dan kenaikan produktivitas sector pertanian dan perkembangan prasarana akan berlaku pada tahap prasyarat untuk lepasa landas. Hah ini hanya mungkin berlaku apabila tingkat penanaman modal meningkat dengan cepat yang dinyatakan oleh Rostow sebagai salah satu cirri penting pada tahap lepas landas sudah berlaku pada masa sebelmnya.
Kuznets juga mengkritik kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup di dalam mana teorinya berlaku yaitu dalam masyarakat yang bagaiman teorinya berlaku. Walaupun tidak dinyatakan sebenarnya hal ini tidak sukar untuk diterka. Dengan mudah dapat disimpulkan dari analisas Rostow bahwa walaupun teoorinya tersebut disasarkan kepada pembangunan yang berlaku dinegara-negara maju, teori tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang akan dilalui oleh Negara-negara berkembang. Aspek yang lebih penting dari kritik Kuznets terhadap teori Rostow adalah mengenai terbatasnya cirri-ciri dari teori tersebut yang dapat diselidiki kebenarannya secara empiris. Menurut Kuznets sebagaian besar dari cici-ciiri dalam setiap tahap pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan oleh Rostow tidak mudah untuk diuji secara empiris, dan untuk yang dapat diselidiki, kenyataan yang diperoleh sangat berbeda dengan yang digambarkan oleh Rostow. Dalam tahap lepas landas, satu-satunya cirri yang dapat diuji secara empiris adalah kenaikan tingkat penanaman modal dari 5 persen menjadi 10 persen. Data tingkat penanaman modal dibeberapa Negara barat pada waktu mereka mencapai tahap lepas landas menunjukkan bahwa tingkat penanaman modal tidak mengalami pertumbuhan selaju seperti yang digambarkan oleh Rostow, yaitu tingkatnya meningkat menjadi 2(dua) kali lipat sepanjang masa lepas landas.

0 komentar:

Posting Komentar