23 Agustus 2013

TEORI DASAR INFLASI

Pengertian Inflasi

Inflasi adalah “kecendrungan naiknya harga umum barang dan rasa secara terus-menerus akibat tidak adanya keseimbangan arus barang dan arus uang”.
Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu Negara yang mengalami inflasi memiliki ciri-ciri berikut:
  1. Harga-harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus-menerus.
  2. Jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan.
  3. Jumlah barang relatif sedikit.
  4. Nilai uang (daya beli uang) turun
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Inflasi
Faktor-faktor utama penyebab naiknya harga secara terus-menerus (inflasi) adalah
  1. Jumlah uang yang beredar tidak sesuai dengan jumlah barang (jumlah uang lebih banyak daripada jumlah barang )
  2. Jumlah uang yang beredar menjadi lebih besar karna percetakan uang baru oleh pemerintah. Ini biasanya dilakukan oleh pemerintah apabila pemerintah menganut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang defisit untuk mengurangi pinjaman luar negeri.
  3. Desakan golongan masyarakat tertentu untuk memperoleh kredit murah sehingga jumlah kredit yang harus disediakan melebihi jumlah yang bisa menjaga kestabilan harga
  4. Adanya sektor ekspor/impor, tabungan, investasi, penerimaan, dan pengeluaran Negara.
Macam-Macam Inflasi
  1. Berdasarkan parah tidaknya, Inflasi dikategorikan menjadi
  1. Inflasi ringan, ada;ah inflasi dibawah 10%
  2. Infasi sedang, adalah inflasi yang terjadi antara 10% sampai dengan 30% setahun
    Contoh Kasus Indonesia
    Pada tahun 2004 lalu di Indonesia laju inflasi di bawah 10 %, sehingga perekonomian Indonesia pada posisi yang stabil. Lihat gambar berikut:
     
  3. Inflasi berat, adalah inflasi yang terjadi antara 30% sampai dengan 100% setahun
  4. Hiperinflsai, adalah inflasi diatas 100% setahun
  1. Berdasarkan Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya, inflasi dikelompokan menjasi Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.
Demand Pull Inflation adalah inflasi yang diakibatkan oleh tarikan permintaan. Misalnya karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena memperoleh kredut murah dari bank yang menyebabkan peningkatan permintaan yang tidak diimbangi oleh penawaran sehingga mendorong peningkatan harga.
Untuk  menerangkan inflasi Demand Pull Inflation perhatikan gambar berikut :
Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini biasanya ditandai dengan naiknya harga barang yang disertai dengan turunnya jumlah produksi.
Gambar Cost Push Inflation:

  1. Berdasarkan Asal Terjadinya Inflasi
Berdasarkan asal terjadinya, inflasi dibagi menjadi dua. Yaitu
  1. Domestic Inflation
Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri akibat pengaruh dari negeri luar (luar negeri). Inkflasi dari dalam negeri bisa terjadi, missal karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru oleh pemerintah.
  1. Imported Inflation
Adalah inflasi yang berasal dari luar negeri atau inflasi impor. Inflasi ini terjadi karena pengaruh Negara lain (luar negeri).

Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian
Inflasi memiliki dampak yang tidak sedikit terhadap perekonomian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kemakmuran.
  1. Dampak Inflasi terhadap Distribusi Pendapatan (Equity Effect)
Dampak inflasi terhadap distribusi pendapatan meliputi hal-hal berikut :
  1. Inflasi akan merugikan orang yang berpendapatan tetap.
  2. Kerugian lain akibat inflasi juga akan dialami oleh mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk cash (uang tunai) atau mereka yang menabung uang dirumah dalam hoarding (celengan)
  3. Adapun orang-orang yang mendapat keuntungan dalam adanya inflasi diantara lain adalah :
  1. Orang yang persentase kenaikan pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi
  2. Mereka yang memiliki kekayaan bikan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk emas ataupun barang
  3. Burung yang tergabung dalam Serikat Perkerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang kuat, sehingga mereka menuntut kenaikan upah yang melebihi kenaikan laju inflasi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak inflasi bagi masyarakat yang diuntungkan seolah-olah sebagai subsisi(bantuan), sedangkan bagi kelompok masyarakat yang dirugikan inflasi tersebut merupakan sebagai pajak yang harus dibayar.
  1. Dampak Inflasi terhadap Efisiensi
Inflasi juga akan berpengaruh terhadap proses produksi, terutama dalam penggunaan faktor-faktor produksinya. Adanya inflasi akan menyebabkan perubahan daya beli masyarakat. Perubahan daya beli masyarakat pada beberapa jenis barang.
Misalnya, bagi mereka yang dirugikan dengan adanya inflasi, daya beli mereka akan berkurang. Dipihak lain, mereka yang merasa diuntungkan dengan adanya inflasi, daya beli mereka akan menungkat. Dengan demikian , permintaan dari sektor tersebut akan meningkat pula.
  1. Dampak Inflasi terhadap Output (Hasil Produksi)
Dampak inflasi terhadap hasil produksi yang akan terjadi yaitu dua kemungkinan berikut ini :
  1. Inflasi bisa menyebabkan terjadinya kenaikan hasil produksi. Biasanya kenaikan harga barang melebihi kenaikan upah/gaji sehingga keuntungan yang diperoleh para pengusaha akan meningkat.
  2. Apabila laju inflasi yang terjadi terlalu tinggi(hyperinflation) justru akan berakibat sebaliknya, bukan akan meningkatkan jumlah produksi, melainkan akan mengakibatkan turunnya jumlah Output (hasil produksi).
  1. Dampak Inflasi terhadap Pengangguran
Suatu Negara tidak akan bisa menghilangkan inflasi yang tinggi tanpa mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Jika suatu Negara berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi biasanya diikuti dengan meningkatnya pengangguran.
  1. Dampak Inflasi terhadap Perdagangan Internasional
Jika terjadi inflasi di dalam negeri, harga barang-barang buatan dalam negeri akan jauh lebih mahal daripada harga barang-barang sejenis buatan luar negeri. Akibatnya, barang-barang buatan dalam negeri tidak dapat bersaing diluar negeri. Arus impor akan meningkat dan arus ekspor akan terhambat, bahkan mengalami penurunan teru-menerus. Pada akhirnya, hal itu akan menghabiskan cadangan devisa Negara dan neraca perdagangan Indonesia akan defisit/pasif.
Cara Mengatasi Inflasi
  1. Politik Uang Ketat (Tight Money policy)
Politik uang ketat dari bank sentral dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
  1. Politik diskonto, yaitu mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan tingkat suku bunga yang berlaku bagi bank umum.
  2. Politik pasar terbuka (open market operation), yaitu politik dari bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
  3. Cash ratio (cadangan kas), yaitu menaikkan tingkat cadangan kas minimum yang harus ditaati oleh seluruh bank umum, srhingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang.
  4. Kredit selektif, yaitu politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara mempersulit/memperketat syarat-syarat pemberian kredit.
  1. Politik Fiskal
Pemerintah juga dapat mengatasi inflasi melalui kebijakan dibidang pajak(fiakal), yaitu dengan cara menentukan tarif pajak yang tinggi dengan harapan masyarakat menyetor uang yang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jimlah uang yang beredar.
  1. Kebijakan di Bidang Produksi
Pemerintah bisa memberikan subsidi kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga UKM yang lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak sehingga harga jual menjadi turun.
  1. Kebijakan di Bidang Perdagangan Internasional
Untuk mengatasi inflasi melalui perdagangan internasional, pemerintah dapat melakukan penurunan bea masuk barang-barang impor, sehinnga peredaran barang-barang didalam negeri lebih banyak dan harganya cendruing turun.
  1. Kebijakan di Bidang Harga
Kebijakan dibidang harga yaitu kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi dengan cara menetapkan harga maksimum bagi barang-barang tertentu.

Sumber lain Cara Mengatasi Inflasi:

Salah satu sumber mengatakan beberapa cara untuk mengatasi masalah inflasi tersebut. Diantaranya adalah:
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
Politik diskoto (Politik uang ketat): Bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
Politik pasar terbuka: Bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka (open market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat dan pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.
Peningkatan cash ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan nom moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
• Menekan tingkat upah.
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
• Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
• Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
• Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
·        Penurunan nilai uang
·        Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
• Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
• Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
• Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.

0 komentar:

Posting Komentar