Ada 4 macam skala pengukuran yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.
1. Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain. Contoh:
Data
|
Kode (a)
|
Kode (b)
|
Yuni
|
1
|
4
|
Desi
|
2
|
2
|
Ika
|
3
|
3
|
Astuti
|
4
|
1
|
Keterangan:
Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda
saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data
dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai
dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa mempengaruhi apa
pun.
2. Skala ordinal
Adalah
skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu
pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol
mutlak. Contoh:
Data
|
Skala Kecantikan (a)
|
Skala Kecantikan (b)
|
Yuni
|
4
|
10
|
Desi
|
3
|
6
|
Ika
|
2
|
5
|
Astuti
|
1
|
1
|
Skala
kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor
tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah
(1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih
cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala
pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan.
Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan
selisih kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai
selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan
skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.
Skala
nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik non
parametrik, contoh: Korelasi Kendall, Korelasi Rank Spearman, Chi Square
dan lain-lain.
3. Skala interval
Skala
pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan
pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:
Data
|
Nilai Mata Kuliah (a)
|
Skor Nilai Mata Kuliah (b)
|
Yuni
|
A
|
4
|
Desi
|
B
|
3
|
Ika
|
C
|
2
|
Astuti
|
D
|
1
|
Tabel di
atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C
setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B
adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan
selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa
Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua
kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi
tidak mempunyai nilai nol mutlak.
4. Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:
Data
|
Tinggi Badan
|
Berat badan
|
Yuni
|
170
|
60
|
Desi
|
160
|
50
|
Ika
|
150
|
40
|
Astuti
|
140
|
30
|
Tabel di
atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran
mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu
pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai
berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi
14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.
Skala pengukuran interval dan rasio biasanya dikenai alat statistik parametrik.
0 komentar:
Posting Komentar